Jumat, 08 Juli 2011

MANFAAT JAMU DAN RISIKO PENGGUNAAN JAMU JANGKA PANJANG


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya.
Di berbagai kota besar terdapat profesi penjual jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman yang sehat dan menyegarkan. Selain itu jamu juga diproduksi di pabrik-pabrik jamu oleh perusahaan besar, dan dijual di berbagai toko obat dalam kemasan sachet. Pada perkembangan selanjutnya jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet dan kapsul.
Seiring berkembangnya ilmu obat-obatan, tak ketinggalan jamu semakin bervariasi. Dalam jamu ditambah berbagai macam racikan. Dalam karya tulis ini penulis mencoba untuk membahas tentang manfaat jamu, serta membahas tentang risiko penggunaan jamu dalam jangka panjang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi / pengertian jamu?
2.      Bagaimana sejarah jamu di Indonesia?
3.      Apa saja manfaat dari jamu?
4.      Bagaimana risiko penggunaan jamu dalam jangka panjang

C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan definisi / pengertian jamu
2.      Mendeskripsikan tentang sejarah jamu di Indonesia
3.      Mendeskripsikan manfaat-manfaat jamu
4.      Menjelaskan tentang risiko penggunaan jamu dalam jangka panjang

D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi penulis, karya tulis ini ditujukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah farmakologi.
2.      Bagi penulis, karya tulis ini dapat dijadikan kajian untuk penelitian selanjutnya.
3.      Bagi pembaca atau masyarakat, karya tulis ini dapat menambah pengetahuan perihal tentang jamu.
4.      Karya tulis ini dapat menambah lietaratur kepustakaan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, jamu adalah ramuan dari rempa-rempa yang dihaluskan dengan air lalu diminum (untuk obat), atau dalam kata lain disebut dengan obat tradisional.
Jamu tergolong dalam obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Permenkes RI No.246/Menkes/Per/V/1990).
Jamu (Empirical based herbalmedicine) adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienes (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris secara turun-menurun.

B.     Sejarah Jamu di Indonesia
Jamu sudah dikenal sudah berabad-abad di Indonesia yang mana pertama kali jamu dikenal dalam lingkungan Istana atau keraton yaitu Kesultanan di Djogjakarta dan Kasunanan di Surakarta.
Jaman dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan keraton dan tidak diperbolehkan keluar dari keraton. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman, orang-orang lingkungan keraton sendiri yang sudah modern, mereka mulai mengajarkan meracik jamu kepada masyarakat diluar keraton sehingga jamu berkembang sampai saat ini tidak saja hanya di Indonesia tetapi sampai ke luar negeri.
Bagi masyarakat Indonesia, Jamu adalah resep turun temurun dari leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan. Bahan-bahan jamu sendiri diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu
Sejak dahulu kala, Indonesia telah dikenal akan kekayaannya, tanah yang subur dengan hamparan bermacam-macam tumbuhan yang luas. Tanah yang subur dengan kekayaan tanaman sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia karena mereka bergantung dari alam dalam usahanya untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Pengolahan tanah, pemungutan hasil panen, proses alam tidak hanya menghasilkan makanan, tetapi juga berbagai produk yang berguna untuk perawatan kesehatan dan kecantikan.
Leluhur kita menggunakan resep yang terbuat dari daun, akar dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit, serta persiapan-persiapan lain yang menyediakan perawatan kecantikan muka dan tubuh yang lengkap. Campuran tanaman obat traditional ini di kenal sebagai Jamu. Dimana Indonesia dikenal sebagai Negara nomor 2 dengan tanaman obat tradisional setelah Brazilia.
Bukti bahwa jamu sudah ada sejak dulu yaitu dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut adanya tukang meramu jamu yang disebut Acaraki. Pada relief candi Borobudur sekitar tahun 800 – 900 masehi, juga menggambarkan adanya kegiatan membuat jamu.

C.    Manfaat Jamu
Jamu tidak lepas dengan penjual jamu gendong. Setelah dilakukan pendataan, diperoleh informasi bahwa jenis jamu yang dijual ada delapan, yaitu beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh, uyup-uyup/gepyokan, kunir asam, pahitan, dan sinom. Hampir semua penjual jamu menyediakan seluruh jenis jamu ini meskipun jumlah yang dibawa berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan konsumen. Masing-masing jenis jamu disajikan untuk diminum tunggal atau dicampur satu jenis jamu dengan jenis yang lain. Beberapa di antara responden, selain menyediakan jamu gendong juga menyediakan jamu serbuk atau pil hasil produksi industri jamu. Jamu tersebut diminum dengan cara diseduh air panas, kadang-kadang dicampur jeruk nipis, madu, kuning telor, dan selanjutnya minum jamu sinom atau kunir asam sebagai penyegar rasa.
v  Manfaat, bahan baku serta cara pengolahan jamu-jamu tersebut antara lain:
1.      Jamu beras kencur
·         Manfaat
Jamu beras kencur dipercaya dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu payah. Selain itu, banyak pula yang berpendapat bahwa jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat.
·         Bahan baku
Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual jamu. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan.
·         Cara pengolahan
Pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus dan dibiarkan sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas, dan disaring dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari perasan bahan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol.

2.      Jamu Kunir Asam

·         Manfaat

Jamu kunir asam dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Seorang penjual jamu mengatakan bahwa jamu jenis ini tidak baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda sehubungan dengan sifatnya yang memperlancar haid. Ada pula penjual jamu yang menganjurkan minum jamu kunir asam untuk melancarkan haid.

·         Bahan baku

Penggunaan bahan baku jamu kunir asam pada umumnya tidak jauh berbeda di antara pembuat. Perbedaan terlihat pada komposisi bahan penyusunnya. Jamu dibuat dengan bahan utama buah asam ditambah kunir/kunyit, namun beberapa pembuatnya ada yang mencampur dengan sinom (daun asam muda), temulawak, biji kedawung, dan air perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan, serta dibubuhkan sedikit garam.

·         Cara pengolahan

Pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu direbus sampai mendidih dan jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), dimasukkan ke dalam air mendidih dan direbus sampai mendidih beberapa saat. Selanjutnya, ditambahkan gula (atau pemanis buatan) sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Rebusan yang diperoleh dibiarkan sampai agak dingin, kemudian disaring dengan saringan. Rebusan yang sudah disaring dibiarkan dalam panci dan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.

3.      Jamu Sinom

Manfaat, bahan penyusun, serta cara pembuatan jamu sinom tidak banyak berbeda dengan jamu kunir asam. Perbedaan hanya terletak pada tambahan bahan sinom. Bahkan, beberapa penjual tidak menambahkan sinom, tetapi dengan cara mengencerkan jamu kunir asam dengan mengurangi jumlah bahan baku yang selanjutnya ditambahkan gula secukupnya.

4.      Jamu Cabe Puyang

·         Manfaat

Jamu cabe puyang dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'pegal linu'. Artinya, untuk menghilangkan cikalen, pegal, dan linu-linu di tubuh, terutama pegal-pegal di pinggang. Namun, ada pula yang mengatakan untuk menghilangkan dan menghindarkan kesemutan, menghilangkan keluhan badan panas dingin atau demam. Seorang penjual mengatakan minuman ini baik diminum oleh ibu yang sedang hamil tua.

·         Bahan baku

Bahan dasar jamu cabe puyang adalah cabe jamu dan puyang. Tambahan bahan baku lain dalam jamu cabe puyang sangat bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Bahan lain yang ditambahkan antara lain temu ireng, temulawak, jahe, kudu, adas, pulosari, kunir, merica, kedawung, keningar, buah asam, dan kunci. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan kadangkala mereka juga mencampurkan gula buatan serta dibubuhkan sedikit garam.

·         Cara pengolahan

Pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih dan dibiarkan sehingga dingin, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Seluruh bahan ini kemudian diperas melalui saringan ke dalam air matang yang sudah tersedia. Selanjutnya, ramuan yang diperoleh diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol.

5.      Jamu Pahitan

·         Manfaat

Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu memberikan jawaban yang bervariasi tentang manfaat jamu ini, namun utamanya adalah untuk gatal-gatal dan kencing manis. Penjual yang lain mengatakan manfaatnya untuk 'cuci darah', kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal, dan pusing.

·         Bahan baku

Bahan baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto. Racikan pahitan sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri dari sambiloto, tetapi ada pula yang menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya juga pahit seperti brotowali, widoro laut, doro putih, dan babakan pule. Ada pula yang mencampurkan bahan lain seperti adas dan atau empon-empon (bahan rimpang yang dipergunakan dalam bumbu masakan).

·         Cara pengolahan

Pembuatan jamu pahitan adalah dengan merebus semua bahan ke dalam air sampai air rebusan menjadi tersisa sekitar separuhnya. Cara ini dimaksudkan agar semua zat berkhasiat yang terkandung dalam bahan dapat larut ke dalam air rebusan. Sebagai hasil akhirnya, diperoleh rebusan dengan rasa sangat pahit. Khusus jamu pahitan, tidak diberikan gula atau bahan pemanis lain. Sebagai penawar rasa pahit, konsumen minum jamu gendong lain yang mempunyai rasa manis dan segar seperti sinom atau kunir asam.

6.      Jamu Kunci Suruh

·         Manfaat

Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk mengobati keluhan keputihan (fluor albus). Sedangkan manfaat lain yaitu untuk merapatkan bagian intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta dikatakan dapat menguatkan gigi.

·         Bahan baku

Bahan baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih. Biasanya selalu ditambahkan buah asam yang masak. Beberapa penjual jamu menambahkan bahan-bahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan jamu keputihan atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah pinang, kunci pepet, dan majakan. Dalam penelitian ini, ditemukan bahan lain yang ditambahkan, yaitu jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, dan kencur. Sebagai pemanis digunakan gula pasir, gula merah, dan dibubuhkan sedikit garam.

·         Cara pengolahan

Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu air direbus sampai mendidih sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), diperas, disaring, dan dimasukkan ke dalam air matang yang sudah didinginkan. Selanjutnya, ditambahkan gula sesuai kebutuhan, sampai diperoleh rasa manis sesuai selera dengan cara dicicipi. Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.

7.      Jamu Kudu Laos

·         Manfaat

Menurut sebagian besar penjual jamu, khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurunkan tekanan darah. Tetapi, ada pula yang mengatakan untuk melancarkan peredaran darah, menghangatkan badan, membuat perut terasa nyaman, menambah nafsu makan, melancarkan haid, dan menyegarkan badan.

·         Cara pengolahan

Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih sejumlah sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu kemudian diperas dan disaring dimasukkan ke dalam air matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.

8.      Jamu Uyup-uyup/Gepyokan

·         Manfaat

Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui. Hanya seorang penjual jamu yang mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk menghilangkan bau badan yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak dan 'mendinginkan' perut.

·         Bahan baku dan cara pengolahan

Bahan baku jamu uyup-uyup sangat bervariasi antar pembuat jamu, namun pada umumnya selalu menggunakan bahan empon-empon yang terdiri dari kencur, jahe, bangle, laos, kunir, temulawak, puyang, dan temugiring. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu semua bahan dicuci bersih tanpa dikupas, selanjutnya empon-empon dirajang (diiris tipis) ditambah bahan-bahan lain dan ditumbuk kasar, lalu diperas serta disaring. Perasan dimasukkan ke dalam air matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula (atau pemanis buatan) sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk diperjual belikan.

 

v  Pemanfaatan Jamu Saat ini

Akhir-akhir ini, masyarakat negara maju lebih menyukai pengobatan tradisional (jamu) berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada menggunakan obat sintetik. “Indikasi menyukai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit kini semakin meluas ke berbagai negara di belahan dunia,” kata Prof dr I Gusti Ngurah Nala dari Program Studi Ayurweda Fakultas Kesehatan Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Minggu. Ia mengatakan, kecenderungan masyarakat luas menggunakan obat-obat tradisional di berbagai negara itu lebih dikenal sebagai “gelombang hijau baru” (new green wave). Kondisi itu dipicu oleh efek samping obat sintetik dan antibiotik, disamping opini di banyak negara bahwa bahan alami lebih aman dari bahan berzat kimia buatan. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu menilai, masyarakat dunia semakin mengkhawatirkan dampak negatif penggunaan obat-obat sintetik sehingga mereka ramai-ramai kembali ke alam (back to nature). Gerakan ini berupaya menggunakan kembali obat-obatan tradisional yang ramuannya dari bahan alami yang didapat di alam.

Kondisi ini sendiri membuat para ilmuwan tertuntut untuk mengembangkan pengobatan tradisional yang lahir dari kearifan leluhur, seperti berlaku lama di Indonesia. Indonesia sendiri sigap memanfaatkan momentum ini dengan mengintensifkan usaha pengobatan tradisional, diantaranya dengan membangun Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) yang memiliki dua sub balai di Sumatera Barat dan Lampung. Selain itu ada 12 kebun percobaan berbagai jenis tanaman obat-obatan yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Maluku, demikian Nala.


D.    Risiko Penggunaan Jamu Jangka Panjang
Umumnya, Jamu diracik dengan bahan-bahan yang alami, tanpa adanya unsur-unsur kimia yang ditambahkan ke dalamnya. Jika jamu dicampur dengan bahan-bahan kimia dengan dosis yang tidak sesuai dengan terapi maka tentunya akan berdampak pada kesehatan kita jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Sekalipun Jamu, Herbal atau obat tradisional mungkin secara luas dianggap aman, disarankan untuk waspada. Jangan longgarkan kewaspadaan Anda hanya karena suatu produk berlabelkan “natural”. Fakta yang tidak menyenangkan ialah bahwa beberapa jamu dan herbal bahkan bisa sangat berbahaya. Dan ironisnya beberapa orang tidak memandang herbal atau obat tradisional sebagaimana mestinya. Senyawa kimia dalam obat tradisional atau herball dapat mengubah detak jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa. Maka, orang yang memiliki problem jantung, tekanan darah tinggi, atau kelainan gula darah seperti diabetes mesti sangat waspada.
Meski demikian, efek sampingan obat tradisional biasanya terbatas pada reaksi tipe alergi. Misalnya sakit kepala, pusing, mual, atau ruam. Beberapa pengobatan tradisional atau herbal kemungkinan bisa menimbulkan “krisis penyembuhan” dengan menghasilkan gejala seperti flu atau gejala lainnya. Orang yang mengkonsumsi obat tradisional mungkin tampak menjadi lebih parah sebelum menjadi lebih baik. Secara umum dikatakan bahwa reaksi ini disebabkan oleh pembuangan limbah racun dari tubuh selama tahap-tahap awal terapi herbal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menarik peredaran 54 jamu/obat tradisional karena terbukti mengandung bahan kimia obat keras yang membahayakan kesehatan manusia. Menurut hasil pengawasan obat tradisional dengan metode sampling dan pengujian laboratorium selama 2007, dalam obat tradisional tersebut terkandung bahan kimia obat keras seperti sibutramin hidroklorida, sildenafil sitrat, siproheptadin, fenilbutason, asam mefenamat, prednisone, metampiron, teofilin, dan parasetamol yang besarnya tidak sesuai dengan dosis terapi.
v  Dampak yang dapat ditimbulkan beberapa bahan kimia dalam jamu tersebut:
·         Sibutramin hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung
·         Sildenafil sitrat menyebabkan sakit kepala, pusing, dispepsia, infark miokard, gangguan pengelihatan, palpitasi (denyut jantung cepat) dan kematian
·         Siproheptadin dapat menyebabkan mual, muntah, diare, anemia, leukopenia dan trombositipenia
·         Fenilbutason menyebabkan mual, ruam kulit, retensi cairan perdarahan lambung, gangguan ginjal dan gagal ginjal.
·         Asam mefenamat menyebabkan diare, ruam kulit, trompositopenia dan kejang.
·         Prednison menyebabkan gangguan saluran pencernaan
·         Metamphiron menyebabkan perdarahan lambung dan gangguan saluran pencernaan serta sistem syaraf
·         Teofilin menyebabkan palpitasi, insomnia dan gangguan saluran cerna.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
·         Jamu (Empirical based herbalmedicine) adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienes (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris secara turun-menurun.
·         Jamu sudah ada sejak dulu di Indonesia, bukti bahwa jamu sudah ada sejak dulu yaitu dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut adanya tukang meramu jamu yang disebut Acaraki. Pada relief candi Borobudur sekitar tahun 800 – 900 masehi, juga menggambarkan adanya kegiatan membuat jamu.
·         Jamu banyak memiliki beragam manfaat. Jamu di Indonesia tidak lepas dari jamu gendong, yang mana setelah dilakukan pendataan, diperoleh informasi bahwa jenis jamu yang dijual ada delapan, yaitu beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh, uyup-uyup/gepyokan, kunir asam, pahitan, dan sinom. Jamu tersebut memiliki berbagai manfaat seperti mengtasi pegal linu, kurang nafsu makan, gatal-gatal, memperlancar darah, dan lain sebagainya. Pemanfaatan jamu sekarang ini sudah berkembang pesat di dunia, karena penggunaan jamu sebagai obat lebih minim efek samping daripada obat sintetik.
·         Jika jamu dicampur dengan bahan-bahan kimia dengan dosis yang tidak sesuai dengan terapi maka tentunya akan berdampak pada kesehatan kita jika dikonsumsi dalam jangka panjang. BPOM menarik peredaran 54 jamu/obat tradisional karena terbukti mengandung bahan kimia obat keras yang membahayakan kesehatan manusia. Menurut hasil pengawasan obat tradisional dengan metode sampling dan pengujian laboratorium selama 2007, dalam obat tradisional tersebut terkandung bahan kimia obat keras seperti sibutramin hidroklorida, sildenafil sitrat, siproheptadin, fenilbutason, asam mefenamat, prednisone, metampiron, teofilin, dan parasetamol yang besarnya tidak sesuai dengan dosis terapi.

B.     Saran
·         Seperti semua produk kesehatan, jamu, herbal atau obat tradisional hendaknya digunakan dengan kewaspadaan, pengetahuan dan, keseimbangan.
·         Sekalipun Jamu, Herbal atau obat tradisional mungkin secara luas dianggap aman, disarankan untuk waspada. Jangan longgarkan kewaspadaan Anda hanya karena suatu produk berlabelkan “natural”. Fakta yang tidak menyenangkan ialah bahwa beberapa jamu dan herbal bahkan bisa sangat berbahaya. Dan ironisnya beberapa orang tidak memandang herbal atau obat tradisional sebagaimana mestinya. Senyawa kimia dalam obat tradisional atau herbal dapat mengubah detak jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa. Maka, orang yang memiliki problem jantung, tekanan darah tinggi, atau kelainan gula darah seperti diabetes mesti sangat waspada.
·         Jika Anda memilih untuk mengobati sendiri dengan obat tradisional, sebaiknya Anda mempertimbangkan beberapa risiko seperti bahwa Anda mungkin tidak benar-benar tahu apa penyebab problem kesehatan Anda. Lalu pengobatan yang Anda lakukan secara sendiri mungkin menyembuhkan penyakit ringan, tetapi memperburuk problem kesehatan lainnya, seperti tekanan darah tinggi. Bahkan beberapa pengobatan sendiri bisa jadi mungkin bertolak belakang dengan obat yang diresepkan dokter.

DAFTAR PUSTAKA


Tim Prima Pena. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita Media Press

Prayitno, Joko. 2010. Materi Kuliah Farmakologi: Penggolongan Obat dan Alat Kesehatan. Banjarmasin: Unpublished





2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum, follow back my blogspot mbak...

    http:serambima.blogspot.com

    Syukrn..

    BalasHapus
  2. thanks infonya
    http://umpanikanmas.9kes.com/

    BalasHapus